Senin, 02 Januari 2017

Kekudusan Yang Menyempurnakan

Kekudusan Yang Menyempurnakan

      Bagi orang percaya, keselamatan adalah anugerah yang harus direspon dengan iman : "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh imam ; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah" (Efesus 2 : 8).
     Didalam Kristus ada pengampunan dosa dan janji kehidupan kekal. Namun, setelah diselamatkan bukan berarti kita bisa bebas, semena-mena hidup dalam dosa. 'Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup didalamnya" (Efesus 2:10). Salah satu pekerjaan baik yang harus kita lakukan adalah hidup dalam Kekudusan. Bagaimana kita dapat menjalankan hidup kudus ? 
     Pertama, hidup kudus bukanlah suatu beban, tapi hak istimewa : 
".... Hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus....  sebab ada tertulis : "Kuduslah kamu, sebab Aku kudus" (1 Petrus 1 : 15-16). 
     Ada suatu kisah tentang seorang anak gelandangan yang diangkat sebagai anak raja. Raja tersebut sangat mengasihi rakyatnya dan pada suatu malam dia menyamar sebagai rakyat biasa untuk melihat keadaan rakyatnya yang sesungguhnya. Ketika berjumpa dengan anak gelandangan yang kotor dan kedinginan, hati Raja tergerak belas kasihan. Setelah tahu bahwa anak itu yatim piatu, dibawanya anak itu ke dalam Kerajaannya dan diangkat sebagai anak Raja. Betapa bahagianya hati anak gelandangan tersebut menghadapi kenyataan bahwa nasibnya diubah total karena kebaikan hati sang Raja. 
     Namun, sebagai anak Raja, ia harus hidup menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada di dalam Kerajaan tersebut. Begitu masuk, ia harus membersihkan dirinya yang sangat kotor. Walaupun anak gelandangan ini tidak terbiasa mandi dan hidup bersih, dia harus menyesuaikan diri. Hari-hari selanjutnya anak Raja harus belajar hidup dalam lingkungan kerajaan : cara makan, cara berpakaian, cara bicara, cara bergaul dan lain-lain. 
    Bagi mantan anak gelandangan ini, hidup baru sebagai anak Raja bukanlah beban berat, tapi suatu hak istimewa. Ia tidak pernah bermimpi, hidup dalam Kerajaan sebagai anak Raja. 
     Sahabat2ku, cerita diatas semoga menginspirasi kita semua. Anak gelandangan adalah kita semua yang hidup dalam kekotoran dosa dan kedinginan persoalan yang menyesakkan hidup. Namun, sungguh bersyukur Raja diatas segala Raja, mau turun kedunia dan menjadikan kita anak-Nya. Semua bukan karena kebaikan dan usaha kita, tapi semata-mata karena anugerah. 
     Namun, menjadi anak Raja, bukan hanya menikmati hak-hak anak Raja, tapi juga menjalankan kewajiban sebagai anak Raja : hidup bersih dan kudus ; makanan yang baru secara rohani, yaitu Firman Tuhan : bahasa yang baru, yaitu bahasa kasih : pergaulan yang baru dalam Kekudusan. Mari kita jalankan hidup dalam Kekudusan, dimulai dari cara bicara dengan membuang yang kotor, caci maki, sungut-sungut, demikian juga dengan pikiran dan perbuatan kita, semua dibersihkan dan diperbarui. Hidup sebagai anak Raja dalam Kekudusan adalah hak istimewa yang besar, bukan beban yang berat. 
     Kedua, hidup kudus memerdekakan, bukan membelenggu : "Segala sesuatu diperbolehkan. Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. Segala sesuatu diperbolehkan. Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun" 
(1 Korea  10 -  23). Banyak orang berpikir, bahwa jika kita dapat melakukan apa saja, maka itulah kebebasan. Itu sebabnya orang yang berpahamkan seperti itu tidak mau diikat norma-norma, yang biasanya diatur oleh peraturan pemerintah maupun agama. Mereka menganggap peraturan membelenggu dan menghalangi kebebasan mereka. 
     Pemikiran seperti itu jelas berasal dari Iblis. Dari sejak awal, Iblis memasukkan pikiran kepada manusia pertama bahwa Allah membatasi kebebasan mereka untuk tidak boleh makan semua buah pohon yang ada dalam Taman Edan. Allah memberikan perintah : "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati" (Kejadian  2 : 18). Kebebasan yang Tuhan berikan adalah kebebasan yang terbatas. Iblis memberikan kebebasan tanpa batas, dan ujungnya pastilah kehancuran. Pagar pembatas di pinggir jurang dibuat bukan untuk membatasi ruang gerak pengendara mobil, tapi untuk membantu keamanan. 
    Hari-hari ini semakin banyak orang yang menerima tawaran Iblis untuk memiliki kebebasan tanpa batas : seks bebas, narkoba, membebaskan segala cara untuk memperoleh kekayaan, kedudukan, kekuasaan, popularitas dan sebagainya. Cara Iblis adalah memberi kebebasan kepada manusia untuk memperoleh semuanya didepan. Tapi, Iblis tak pernah memberi apa pun dengan gratis. Dia akan menagih semua harga yang harus dibayar pada akhirnya dengan kehancuran dalam rumah tangga, keuangan, kesehatan, bahkan menyeret mereka dalam api neraka. 
     Sahabat2ku, jika Allah memberikan perintah untuk hidup dalam Kekudusan, sesungguhnya Ia menghendaki kita hidup dalam kebebasan yang sesungguhnya, tanpa diikat oleh kebiasaan buruk apa pun. Praktekkanlah hidup dalam Kekudusan, dalam perkataan, pikiran, sikap hati dan perbuatan, di tengah keluarga, tempat pekerjaan dan masyarakat. Dari hari ke hari kita akan bertumbuh hidup dalam Kekudusan yang menyempurnakan kehidupan kita semakin menyerupai Kristus. Tuhan memberkati. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar